Tenun ikat Sikka bisa dijumpai di Desa Sikka, Kecamatan Nita. Desa ini juga menjadi sentra perajin tenun Sikka. Keistimewaan kain tenun di wilayah ini selalu menggunakan warna gelap: hitam, coklat, biru, dan biru-hitam. Ditambah hiasan sulur biru atau biru muda.
Ada berbagai motif dihasilkan dari Sikka. Motif okukirei diciptakan berdasarkan cerita nenek moyang bahwa sub-etnis Sikka dahulu adalah pelaut ulung. Walhasil, cukup mudah mencirikan kain tenun ikat jenis ini, selalu ada figur nelayan, sampan, perahu, udang, atau kepiting.
Ada satu motif yang sangat indah, yakni motif mawarani. Terdapat corak bunga mawar. Menurut cerita lisan turun-temurun, motif ini merupakan kain khas yang hanya dikenakan putri-putri Kerajaan Sika. Di jaman kini, kabarnya motif mawarani paling digemari pembeli kaum perempuan.
Untuk membuat selembar kain tenun ikat dengan motif paling sederhana memerlukan waktu paling tidak 1 bulan. Diawali dengan memisahkan kapas dari biji, lalu digulung menjadi gulungan kapas. Setelah itu baru dipintal menjadi benang. Saat memintal tidak boleh terputus sama sekali.
Proses selanjutnya, benang tersebut ditata di atas kayu yang ditempeli paku. Lalu diikat dengan daun gebang (mirip daun pandan). Setelah motif selesai dibuat, barulah proses menenun dimulai. Pada proses terakhir ini, setidaknya memakan waktu hingga 2 minggu.
Kain tenun ikat Sikka yang asli selalu menggunakan pewarna alami seperti daun serta akar mengkudu (warna merah), atau daun nira untuk memunculkan warna biru. Pewarnaan dilakukan berulang-ulang guna menghasilkan tenun ikat Sikka yang berwarna khas.
Pembuatan kain tenun ikat memang harus dengan penuh kesabaran dan cinta, karena hal ini menjadi bukti betapa warisan leluhur masih, dan harus tetap dijaga selamanya.
BATIK KAOS Tenun Ikat Jersey Bola